Jumat, 01 November 2013



Marcus memasuki rumahnya dengan wajah lelah. Seharian ini ia dipaksa berpikir keras untuk menemukan inovasi baru bagi perusahaannya. Marcus yang belum lama menggantikan posisi ayahnya di perusahaan sebagai Presiden Direktur, baru menyadari bahwa ternyata tanggung jawab yang ia pegang benar-benar besar. Sedikit saja bawahannya melakukan kesalahan, Marcus adalah orang pertama yang harus bertanggung jawab.
            Marcus menyusuri rumahnya untuk mencari Samantha, istrinya. Dan ia menemukan istrinya tersebut didapur, sedang berkutat dengan masakannya.
Sammy. . .” sapa Marcus kepada istrinya.
“Eo !!” Samantha kaget dan langsung berbalik, ia menemukan Marcus dengan pakaian kerjanya.
“Hei, kau sudah pulang, kenapa belum mandi dan mengganti pakaianmu? Makan malamnya sudah siap,” lanjut Samantha mendekati prianya sambil tersenyum.
Sam, aku lelah sekali, ternyata menjadi seorang PresDir tidak semudah yang aku bayangkan,” rengek Marcus manja kepda istrinya.
“Sejak kapan suamiku menjadi orang yang mudah mengeluh seperti ini eo?” tanya Samantha sambil melepas dasi Marcus.
“Tapi ini benar-benar melelahkan jika kau tahu,” lanjut Marcus lalu merengkuh pinggang Samantha dan memeluknya, menghirup feromon yang menguar dari tubuh istrinya, Samantha diam saja, membiarkan suaminya melepaskan sedikit beban pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya.
“Sudah, lebih baik kau mandi dulu ya? Setelah itu kembali kesini dan kita akan makan malam bersama,” putus Samantha yang membuat Marcus mengerucutkan bibirnya.
“aku masih ingin memelukmu, Sam. . ” rengek Marcus manja.
“kau sudah 25 tahun, Marcus, jangan kekanakan seperti ini, cepat mandi sana !!” Samantha membalikkan tubuh suaminya dan mendorongnya menuju kamar, menyuruh suaminya yang manja itu untuk segera membersihkan dirinya.
“Mandikan aku,” ucap Marcus dengan wajah tak berdosanya.
“Kau ingin sendok ini melayang bebas menuju kepalamu, hah?!” jawab Samantha galak sambil mengacungkan sebuah sendok.
“Aish. . . Kau lebih seperti monster daripada istriku, Sam,” ujar Marcus santai sambil berjalan menuju kamar.
“Aww!! Yak!!” tiba-tiba Marcus berteriak, semua masalah bersumber pada Samantha yang kini memasang wajah polosnya, ia baru saja melemparkan sendok stanless steel ke kepala Marcus.
****
            Setengah jam berlalu dan Marcus telah selesai bertegur sapa  dengan alat-alat mandinya, ia keluar dari kamar dengan menggunakan celana training panjang dan kaos putih polos yang membuatnya terlihat lebih santai.
Sam, aku sudah selesai, ayo kita makan” ajak Marcus kepada istrinya yang sedang membuatkan teh hangat untuknya.
“Oh, baiklah tehnya juga sudah jadi, ini minum dulu agar badanmu hangat,” balas Samantha sambil menyodorkan secangkir teh kepada Marcus yang duduk dihadapannya, Marcus menerimanya dengan senyum seperti bocah berumur lima tahun. Mereka berdua makan dalam diam, hanya ada suara dentingan antara sendok dengan piringnya.
Sam, bagaimana kuliahmu hari ini?” tanya Marcus yang mulai penasaran dengan perjalanan pendidikan istrinya hari ini.
“Biasa saja” jawab Samantha singkat, “tidak ada hal yang benar-benar menarik perhatianku hari ini, sampai aku berharap waktu akan berjalan dengan cepat dan malam akan segera datang” lanjut Samantha.
“Mm? Kenapa?” tanya Marcus merasa lebih penasaran.
“Karna aku akan bertemu denganmu, memasak makanan untukmu, menyambutmu pulang dari kantor, melepaskan dasimu, dan meladeni sifat manjamu terasa lebih menyenangkan dari pada aku harus bertemu dengan dosen-dosen yang hanya menyediakan tugas untuk mahasiswanya yang jumlahnya benar-benar tidak manusiawi,” jawab Samantha panjang lebar, Marcus mendengarkannya dengan seksama, tersenyum ditengah kalimat panjang istrinya, lalu wajah jailnya tercetak jelas.
“Sebegitu berharganya kah aku sampai-sampai kau terlihat begitu bosan saat menceritakan tentang dosen-dosenmu itu? Eishh . . . aku merasa menjadi pria yang paling special saat ini,” ucap Marcus narsis ditambah dengan ekspresi yang tidak bisa dijabrkan, antara sombong, lucu, dan bahagia semuanya menjadi satu.
“Astaga ! Tuhan, apa salahku sampai memiliki suami yang tingkat percaya dirinya sudah overload?” tanya Samantha dengan nada sarkastik.
“Ck! seharusnya kau bersyukur memiliki suami setampan aku, aku juga pintar, bahkan saat ini aku sudah menjadi Presiden Direktur diusiaku yang masih 25 tahun,” sanggah Marcus bangga.
“Sudahlah, kau hanya akan meninggikan dirimu sendiri dengan tumpukan rasa percaya dirimu itu, sini piringmu, aku akan mencucinya dahulu, kau kekamar dan tidurlah! Hus hus!!” Samantha mengusir Marcus dari ruang makan, sekaligus mengakhiri percakapan yang akan membuat telinganya panas jika mendengar Marcus menceritakan kelebihan yang dimilikinya itu lebih lama lagi.
“Dan ingat saat aku kembali kekamar nanti, aku tidak mau melihatmu duduk di sofa dengan setumpuk pekerjaanmu itu, kau terlalu sering lembur, itu tidak baik bagi kesehatanmu, mengerti?!” tambah Samantha dengan nada suruhan yang sangat kentara.
“Aku ini PresDir Sam, aku harus memberi contoh yang baik pada semua bawahanku. . .” jawab Marcus pelan.
Samantha menatap Marcus jengah, ia melangkahkan kaki mendekati prianya itu, setelah sampai dihadapan Marcus yang masih duduk di kursi makan, Samantha memegang kedua pipi Marcus, mendongakkan paksa kepala Marcus lalu berkata,
“justru karna kau adalah seorang PresDir seharusnya kau bisa membagi waktumu dengan baik, jika kau bisa memimpin bawahanmu yang jumlahnya tidak sedikit, tetapi kau tidak bisa memimpin dirimu sendiri, itu tidak berguna, Marcus, jadi kumohon aku hanya ingin kau beristirahat, ya?” pinta Samantha dengan nada rendah.
“Baiklah nona manis, tapi kau harus secepatnya mencuci piring itu. . .” rengek Marcus lagi.
“Emm, aku akan segera kembali kekamar setelah selesai mencuci piring, sudah sana tidur !!” suruh Samantha kepada Marcus. Marcus beranjak dari kursinya menuju kamar, sedangkan Samantha mulai membereskan meja makan dan mencuci semua piring kotor. Penunjuk waktu menunjukkan pukul setengah sembilan ketika Samantha menyelesaikan pekerjaannya didapur.
            Samantha beranjak menuju ruang tamu untuk mematikan lampu, lalu menuju kamar mereka –Marcus dan Samantha- untuk menyusul Marcus. Saat Samantha tiba dikamar, ia mendapati Marcus yang membungkus tubuhnya dengan selimut putih tebal hingga sebatas bahu sambil memeluk sebuah guling besar dengan sangat protektif. Mata Marcus terpejam, Samantha pikir Marcus sudah benar-benar tertidur.
            Samantha melepaskan ikatan rambutnya dan ikut berbaring disamping Marcus. Menarik selimut yang masih tersisa yang dipakai oleh Marcus, lalu mematikan lampu dinakas samping tempat tidurnya. Samantha memandangi atap kamarnya yang terlihat samar karena lampu diatas nakasnya sudah padam. Tiba-tiba Samantha merasakan ranjangnya bergerak, Marcus bereaksi, Marcus membuang gulingnya kebawah kakinya sambil terkikik, menatap Samantha dengan wajah bocahnya, ia mengedipkan matanya kearah Samantha beberapa kali.
“apa?” tanya Samantha, merasakan ada aura aneh disekitar tubuh suaminya itu.
“Tidak, hanya ingin memandangi wajahmu saja, kau tahu? kau benar-benar cantik, hihihi,” puji Marcus yang diakhiri dengan kekehan lucunya.
“Kau selalu mengatakannya sebelum aku tidur, Marcus, aku bosan mendengarnya,” jawab Samantha sambil memiringkan tubuhnya menghadap Marcus.
“Yah, kau akhirnya sadar aku selalu mengatakannya setiap malam, setidaknya kau menjawabnya dengan ‘suamiku juga bebar-benar tampan’ atau ‘kau adalah pria paling tampan yang pernah kutemui’  bukannya mengatakan kau bosan mendengarnya,” jawab Marcus dengan nada menuntut dan bibir mengerucut.
“Tunggu-tunggu, apa jangan-jangan maksud dari perkataanmu yang memujiku setiap malam dengan mengatakan bahwa aku cantik, adalah agar aku membalasnya dengan perkataan bahwa kau tampan, begitu?” tanya Samanta merasa ada yang aneh dengan kalimat Marcus sebelumnya.
“Yah, itu salah satunya, tapi jujur kau sangat cantik, Sam. . .” puji Marcus lagi.
“Baiklah, aku juga mengakui, bahwa kau juga Sangat tampan, suamiku. . .” jawab Samantha sambil ikut tertawa bersama Marcus. Mereka bercanda sebentar sampai akhirnya Samantha memustuskan untuk tidur.
            Samantha bergulum kedalam pelukan prianya, merasa bahwa pelukan Marcus adalah tempat paling nyaman didunia ini. Selain itu, Samantha juga bisa menghirup aroma tubuh Marcus sepuasnya, Marcus balas memeluk istrinya dengan erat, takut bahwa esok pagi saat ia bangun, ia tak mendapati istrinya dipelukannya lagi. Mereka menikmati pelukan hangat masing-masing. Beberapa menit setelahnya, Marcus merasakan nafas teratur Samantha didadanya. Marcus tersenyum sekilas dan mencium kening istrinya kemudian berbisik,
“Good Night, My Vitamin. . .” ---
********
IT'S THE FIRST !! 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar